Hello Brides

Inilah Tradisi Tea Pai Dalam Pernikahan Adat Tionghoa

Inilah Tradisi Tea Pai Dalam Pernikahan Adat Tionghoa

Dalam pernikahan adat etnis Tionghoa, tak bisa dipisahkan dari tradisi tea pai. Apa itu tea pai?

Tea Pai (teapai) merupakan salah satu rangkaian acara yang sering diadakan dalam pernikahan adat Tionghoa (chinese wedding) untuk menghormati orang yang lebih tua. Dalam beberapa kesempatan, tradisi penyuguhan teh di beberapa daerah sangatlah berbeda karena bisa tergantung dari kebiasaan  suku dan adat tradisi masing-masing.

Umumnya prosesi Tea Pai dilangsungkan pada pagi atau siang hari sebelum prosesi pemberkatan pernikahan di tempat ibadah; karena jika dilangsungkan pada malam hari, prosesi ini akan terkesan “dipaksakan” atau bersifat “tidak penting”; atau hanya sekedar upacara seremonial belaka, sebagai ajang serah terima angpao, atau sebagai ajang foto.

Padahal, dalam prosesi Tea Pai ini tersimpan doa dan harapan orang tua agar kelak anak-anaknya bahagia!

Acara Tea Pai (Kong Cha; biasanya juga disebut morning ceremony) biasanya diikuti oleh keluarga kedua mempelai yang sudah menikah, seperti orang tua, paman/bibi, saudara kandung, sepupu dan keponakan (yang dituakan) atau setidaknya yang sudah pernah menikah;

meski karena pasangannya sudah bercerai (menjadi janda/duda), meninggal atau sakit (sampai tidak bisa ikut acaranya; jadi yang bisa ikut, duduk sendirian).

Kakak-kakak dari kedua keluarga mempelai yang belum menikah tidak diperbolehkan untuk mengikuti acara Tea Pai ini. Hal ini juga berlaku sama jika ada adik-adik dari keluarga mempelai yang sudah menikah, juga tidak diperbolehkan mengikuti prosesi Tea Pai.

Dalam prosesi Tea Pai ini, sebagai urutan pertama, mempelai mempersilahkan orang yang lebih tua untuk duduk di kursi yang telah disediakan. Setelah duduk, berikan penghormatan dengan cara membungkukkan badan sambil mengepalkan kedua belah tangan. Perlu di ingat, khusus untuk orang tua (papa mama) dan kakek nenek (apabila ada) sebaiknya di soja, atau kui (berlutut).

Mungkin pada agama tertentu yang melarang umatnya untuk berlutut atau menyembah, dapat saja menggunakan cara berdiri sambil sedikit membungkuk badan, tapi kesan penghormatan kepada orang tua jauh berkurang, karena status/derajatnya seperti disamakan dengan paman/bibi, kakak dan saudara-saudara lainnya.

Baca juga : Makna Kecantikan Siangko, Mahkota Pengantin dari Betawi

tradisi tea pai
tradisi tea pai

Dalam foto, tampak kedua mempelai sedang mengikuti proses tea pai (Foto : Julita Witjandra – Manado)

Selanjutnya, seseorang (yang telah ditunjuk sebelumnya; pengiring pengantin) membawakan nampan yang berisi dua buah cangkir kecil berisi teh kepada mempelai wanita, jika keluarga yang sedang dilayani adalah keluarga dari pihak wanita.

Kemudian barulah mempelai pria mengambil satu persatu cangkir dari nampan tersebut dan diberikan kepada keluarga sembari menyebutkan status orang tersebut, misalnya : Papa, Mama, dan seterusnya. Sebaliknya apabila yang dilayani adalah keluarga mempelai pria, maka yang menyuguhkan cangkir tersebut adalah mempelai wanita.

Selain itu, pada umumnya untuk posisi duduk, nenek, ibu, tante ada di kanan; sedangkan kakek, papa, paman di kiri. Hal ini sesuai prinsip “Nan Zuo, Ni You”, 男左女右 (Pria di kiri, Wanita di kanan). Hal inipun seharusnya berlaku sama pada posisi berdiri mempelai pria (berada di kiri) dan mempelai wanita (berada di kanan).

Pria disebelah kanan merupakan posisi aktual (sebenarnya), bukan dari sudut pandang orang lain.

Detail Penting nan Sederhana dalam Tea Pai yang Justru Sering Diabaikan

Tapi, fakta di lapangan justru banyak yg dibolak-balik, tidak lagi mengindahkan hal tersebut. Banyak weeding organizer di Indonesia yg bingung dan tidak paham mengenai hal-hal mendasar, seperti posisi berdiri/duduk mempelai dan keluarganya; bahkan termasuk yg mau nikahnya juga 🙂

Mereka mungkin bingung dengan dunia barat, yang menjunjung kebiasaan “ladies first”.

Setelah keluarga yang dilayani selesai meminum teh yang diberikan, mempelai pria mengambil kembali cangkir tersebut satu persatu. Sebagai ucapan terima kasih keluarga terhadap pelayanan yang diberikan oleh kedua mempelai, biasanya keluarga memberikan bingkisan yang berupa uang di dalam angpao merah ataupun perhiasan.

Kalau keluarga yang dilayani memberikan hadiah angpao, maka dapat langsung ditaruh di nampan atau di kantongi oleh mempelai pria, sedangkan apabila hadiah berupa kalung, cincin atau perhiasan sejenisnya, maka nampan tersebut dapat dikembalikan kepada orang yang telah ditunjuk sebelumnya lalu keluarga akan segera memasangkan perhiasan tersebut kepada mempelai.

Terkadang pada adat-adat tertentu untuk acara tea pai ini, pengantin wanita biasanya memberikan satu set handuk (handuk badan dan handuk muka) kepada orang-orang yang telah disuguhkan teh sebagai ucapan terima kasih.

Ini juga realtif (bisa ada atau tidak) dan sangat bergantung pada persiapan kesepakatan acara sebelumnya. Setelah selesai, anggota keluarga yang disuguhkan teh kembali di kursinya, dan kedua mempelai memberikan salam penghormatan kembali seperti diawal acara.

“Saya pernah berpikir, bahwa jika saya menikah, itu pasti bukan karena usia saya; namun karena itu cocok untuk satu sama lain.” – Zhang Xinyu

tradisi tea pai
tradisi tea pai

Baca juga : Inilah Urutan Proses Sangjit dalam Tradisi Tionghoa

Jadi selain anggota keluarga inti, biasanya ‘hadiah’ pernikahan dapat diberikan pada waktu menulis nama di daftar hadir pada saat waktu pernikahannnya, memberikan secara langsung pada saat akan jabat tangan dengan mempelainya, atau bisa memberikan pada saat proses Tea Pai, tapi sebelum/sesudah prosesi acaranya berlangsung.

Hadiah Pernikahan diberikan saat tea pai

Mengenai hadiah/kado pernikahan, orang-orang pada zaman dahulu biasanya memberikan kain mahal, arak (anggur) pernikahan, peralatan rumah tangga, bantal tidur, dan sebagainya. Lalu lama kelamaan berkembang, hingga di era sekarang rata-rata para tamu undangan biasanya hanya memberikan Angpao sebagai sebuah cara yang simple.

Menarik memang, karena tradisi memberikan Angpao pernikahan ini juga diadopsi oleh masyarakat non Tionghoa pada pesta pernikahan mereka.

Semoga Anda bersama pasangan berbahagia hingga hari tua, sampai rambut memutih bersama! 白头偕老 (báitóu xiélǎo)!

Udah lumayan paham kan tentang tradisi tea pai dalam budaya tionghoa. Semoga bermanfaat ya, Hela.

Tahukah kamu kalau Hello Brides juga memiliki paket pernikahan Chinese Wedding di Palembang lohh…Yuk kontak tim marketing kami ya untuk info detailnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email anda tidak akan dipublikasikan. Required fields are marked *